CIAO INDONESIA

Selasa, 22 Februari 2011

PENGHARAPAN ANAK-ANAK ALLAH

Pengharapan anak-anak Allah (Roma 8:18-25)

Seorang TKI pergi merantau ke luar negeri untuk mencari penghasilan yang layak. Tentu saja, dia menginginkan bahwa suatu saat dia akan pulang dengan membawa sejumlah uang yang banyak. Dia tidak peduli meski mendengar banyak berita tentang kekerasan yang dialami para TKI di tempat kerja. Ia bertekad untuk tetap pergi karena kondisi keuangan yang mendesak. Harapan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik begitu besar tertanam dalam hatinya. Ia sudah siap apabila di sana, ia akan mendapat hukuman asal ia bisa mewujudkan keinginannya. Dia sungguh percaya bahwa suatu saat harapannya itu akan terwujud.

Setiap manusia mengharapkan segala sesuatu yang terbaik, yang membahagiakan, yang menggairahkan dan mengesankan. Dalam hidupnya, jarang seseorang mengharapkan sesuatu yang buruk tentang hidupnya. Ada banyak harapan yang sudah dibuat ketika kita menginjak awal tahun yang baru. Kita berdoa dengan sepenuh hati agar Tuhan senantiasa memberkati setiap usaha kita. Ada yang mengharapkan mempunyai komitmen baru untuk menjadi lebih sabar, ada yang membuat komitmen untuk menjadi orang baik, bahkan ada yang berkomitmen untuk menjadi manusia yang baru. Belum lagi yang mengharapkan sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal lahiriah. Bagaimanakah dengan harapan kita, apakah sudah terwujud, ataukah harapan itu tinggal sebagai harapan saja?

Harapan seringkali tidak mudah diwujudkan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Harapan sudah tidak mempunyai gema lagi karena orang menutup mata terhadap kenyataan hidup yang sesungguhnya. Biarpun demikian, harapan tidak bisa musnah. Kita bisa melihat bagaimana orang-orang sudah tidak menghargai lagi kejujuran dan kebaikan. Orang mudah berlaku curang untuk menutupi kesalahan. Buat apa berharap di tengah ketidakpastian, ketidakjujuran, kemunafikan? Pada zaman sekarang ini, banyak harapan kosong yang ditawarkan oleh dunia. Harapan yang penuh dengan janji-janji palsu bermunculan di mana-mana. Orang-orang yang sibuk menarik simpati dan perhatian, cenderung menebarkan harapan dan janji kosong. Demikian pula, mereka yang mengandalkan diri sendiri. Misalnya saja, orang seringkali mengandalkan diri pada materi yang dimilikinya. Orang tidak sadar bahwa kekayaan materi tidak mampu menyelamatkan hidup manusia. Inikah yang kita inginkan? Tentu saja tidak.

Kita memerlukan harapan yang sesungguhnya. Harapan ini tidak ditawarkan oleh dunia, karena dunia tidak pernah rela tapi selalu bersyarat. Harapan satu-satunya hanya kita sebagai orang beriman berasal dari Tuhan sendiri. Justru inilah tantangan yang harus dijawab oleh kita. Kita harus menghadirkan pengharapan yang melampaui saat ini. Kita mewartakan pengharapan yang berdasarkan pada Tuhan Yesus yang menebus dosa manusia. Karena dosalah, manusia semakin terbelenggu dalam keinginan-keinginan lahiriah dan dangkal.

Harapan tidak bisa dipisahkan dari iman. Iman dan harapan menjadi semacam dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga di mana ada iman, di situ harapan muncul. Harapan meneguhkan iman dan membuat setiap keyakinan semakin menemukan tempatnya. Sedangkan iman menjadikan harapan kita bertumbuh. Kita yang saat ini hadir mengimani bahwa Yesus Kristus yang telah datang ke dunia akan membawa harapan tentang penebusan kita dari dosa.

Kita hidup dengan harapan-harapan kecil yang setiap hari kita hidupi. Misalnya, saya ingin mendapat nilai yang baik, saya dapat mengatur waktu dengan baik, saya dapat mengembangkan diri saya, saya ingin menjadi pribadi yang rendah hati, dan lain sebagainya. Pada intinya, setiap waktu kita ingin selalu memperbaiki hidup kita. Persoalannya ialah apakah kita serius untuk mendengarkan hati kita yang sedang berbicara? Dalam komunitas ini, apakah kita sudah mampu mendengarkan sesama kita? Harapan kecil membuat kita semakin berarti saat kita menjalani hidup tanpa makna, kita mencoba bangkit saat kita jatuh. Kita meyakini bahwa selalu ada jalan keluar. Harapan kecil itu tumbuh bersama dengan keyakinan diri kita bahwa kita adalah pribadi yang unik. Kita juga mengarahkan pandangan dengan harapan-harapan besar kelak. Harapan saat ini sangatlah menentukan bagaimana kita kelak akan melangkah. Sebuah langkah kecil sungguh menentukan langkah kita selanjutnya.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Harapan kita akan Yesus Kristus haruslah senantiasa kita perlihara dalam kehidupan kita. Sebagai anggota komunitas, sudah selayaknya kita mempunyai padangan ke depan, terarah pada misi yang diberikan oleh Yesus kepada kita. kita tidak hanya hidup bersama, tetapi mengakui bahwa hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus dan dibimbing oleh tangan Bunda Maria. Roh Kudus menjaga dan mendampingi setiap karya kita dan kita juga percaya bahwa Bunda Maria mengarahkan kita dengan kasih keibuannya.

Bacaan yang telah kita dengarkan bersama mengarahkan kita bahwa harapan kita sebagai umat Kristen selalu berpusat pada Kristus. Bersama Kristus, kita diangkat menjadi anak-anak Allah yang akan menerima warisan hidup yang kekal, hidup bersama Kristus selamanya. Pengharapan ini membutuhkan ketekunan setiap hari, entah dalam situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Kita berharap dalam situasi yang terkadang tidak pasti dan di saat-saat seperti inilah iman kita dimurnikan untuk tetap berpegang teguh kepada Allah saja. Kita tentu saja mengalami kesulitan untuk terus bertahan, andaikata kita tetap mengandalkan diri sendiri. Tetapi, kekuatan kita sesungguhnya berasal dari Tuhan. Kita tidak bisa mengandalkan kelebihan kita saja, kita perlu Tuhan agar menguatkan kita dalam peziarahan hidup kita. Maka, marilah kita setiap saat mencoba hadir bersama Allah dalam doa dan pengharapan untuk menatap masa depan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar